JUBI --- Tindakan represif yang dilakukan oleh
aparat keamanan gabungan saat penangkapan peserta Kongres Rakyat Papua III,
dianggap bertentangan dengan komitmen pemerintah SBY untuk memecahkan masalah
di Papua Barat dengan "cara damai, adil, dan bermartabat." Melalui
surat yang dikirimkan ke redaksi tabloidjubi.com (Sabtu, 22/10), anggota
Kongres AS, Eni Faleomavaega hari ini mengumumkan bahwa ia telah mengirim surat
kepada Duta Besar Indonesia untuk AS, Dr Dino Patti Djalal untuk menyampaikan
kekhawatiran tentang keamanan dan perawatan Forkorus Yaboisembut dan beberapa
orang lainnya yang ditangkap pada pertemuan baru-baru ini, paska Kongres Rakyat
Papua di Papua. Faleomavega menyampaikan jika media internasional telah
melaporkan jika aparat keamanan gabungan telah menangkap dan memukuli ratusan
warga sipil yang menghadiri pertemuan itu. Dalam surat yang ditembuskan juga
kepada Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel tersebut, Faleomavega
menyebutkan bahwa insiden penangkapan terhadap peserta Kongres Rakyat Papua
kemarin adalah pelanggaran serius dan kejahatan terhadap kemanusiaan, terutama
mengingat bahwa Pemerintah Indonesia adalah penandatangan kedua perjanjian PBB
tentang Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dan Kovenan
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
Faleomavega juga menyebutkan jika Imam Setiawan,
Kepala Kepolisian Resort Kota Jayapura, mungkin telah memainkan peran penting
dalam insiden penangkapan dan penembakan tanggal 19 Oktober kemarin yang
menyebabkan kematian beberapa warga dan pembunuhan warga Papua lainnya dalam
beberapa tahun terakhir. Faleomavega berpandangan bahwa insiden ini merupakan
tindakan TNI dan polisi yang bertentangan dengan komitmen yang dibuat oleh
Presiden Yudhoyono untuk memecahkan masalah di Papua Barat dengan "cara
damai, adil, dan bermartabat." (Victor M)
By admin on October 22, 2011
0 komentar:
Post a Comment