- Presiden SBY Bertemu Menhan
AS Di Bali
Hari ini Presiden Neo-Kolonial Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono bertemu dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat. Pokok
pembicaraan mereka sebagaimana dilansir berbagai media di Indonesia
menyebutkan terkait pembelian pesawat tempur dan secara khusus membahas masalah
gejolak atau separatisme di Tanah Papua. Permasalahannya pemberitaan Indonesia tidak
secara rinci menjelaskan "pokok-pokok apa saja yang disinggung dan
bagaimana dinamika pembahasan mereka berdua." Walaupun begitu, sudah dapat
dipastikan bahwa Indonesia
hendak bermuka domba dihadapan negara-negara barat, dengan menyatakan,
"Otsus adalah solusi terbaik, kami bukan regime orde baru yang
militeristik dan sentralistik. Kami telah berikan Otsus, dan kini kami sedang,
sekali lagi sedang berupaya menerapkan UU Otsus. Walaupun begitu masih saja ada
orang Papua yang menolak, jadi kami sedang menyelesaikannya. Kami pasti akan menyelesaikannya
secara tuntas. Kami optimis bahwa ada pihak-pihak yang dapat diajak
berkomunikasi dan menerima tawaran pemerintah pusat untuk menyelesaikan masalah
ini. Memang ada sedikit gejolak di sana
sini dari waktu ke waktu, tetapi aparat kepolisian yang yang di daerah sudah
dilatih dengan pengetahuan HAM dan demokrasi dan tugas mereka memberi jaminan
keamanan dan ketertiban. Jadi memang di sana-sini ada tindakan yang menyinggung
hak asasi, tetapi selalu kami berusaha dan pasti akan menghilangkan tindakan
yang dicap sebagai pelanggaran HAM oleh sekelompok organisasi Non-Pemerintah
dan orang Papua sendiri." Lalu tanggapan pejabat Amerika Serikat
kemungkinan seperti berikut, "Ya, pemerintah AS punya komitmen untuk
memajukan demokrasi dan perlindungan HAM secara bermartabat di Indonesia. Kami
menghargai berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia, khususnya terkait dengan penangangan
isu dan kelompok masyarakat Indonesia.
Kami tetap mendukung keutuhan NKRI, seperti sediakala. Kami juga akan menyediakan
bantuan strategis maupun teknis dalam rangka memajukan dan melindungi HAM serta
mendukung proses demokratisasi. Memang kami sadar dan terus memonitor kondisi
terakhir khususnya di Tanah Papua, terutama terkait demo karyawan Freeport yang sampai saat
ini belum tuntas. Kami harap pemerintah Indonesia bisa membantu dalam hal
ini. ... Dan seterusnya." Akhir dari pembicaraan itu, ditarik kesimpulaan
bahwa, pertama, Amerika Serikat TIDAK mendukung gerakan separatisme di Tanah
Papua, Amerikat Serikat mendukung keutuhan NKRI; kedua Amerika Serikat bersedia
menjual pesawat tempurnya ke TNI/ Indonesia dalam waktu dekat, yang berarti
hubungan militer yang sempat terputus dan terpuruk sudah pulih kembali. Kedua
kesimpulan ini TIDAK menyebutkan "Apa yang dilakukan Indonesia untuk Amerika Serikat atau apa yang
dikatakan Indonesia
untuk Amerika Serikat." Apa artinya? Artinya Indonesia tidak punya nilai tawar
di hadapan negara adidaya Amerika Serikat, yang ada hanyalah, "Apa maumu
yan Tuan, Hambamu insya Allah siap!" Tetapi itu mungkin terlalu jauh.
Seorang pejabat negara tidak terbiasa membahas
hal-hal terperinci seprti itu, yang sering terjadi ialah pembicaraan sekedar
basa-basi, "Apa kabar? Terimakasih atas waktu untuk bertemu. Kami sangat
berterimakasih atas kesempatan ini, dan terimakasih atas semua yang dilakukan
pemerintah dan negara Anda dalam hubungan saling menguntungkan ini.
Menurut Tempo Interaktif.com, Dalam pertemuan
tersebut, keduanya membahas beberapa hal termasuk diantaranya Purnomo sempat
memaparkan kondisi di Papua dalam pertemuan bilateral tertutup itu. "Agar
beliau mendapat informasi langsung dari pihak pertama," kata Purnomo usai
pertemuan itu.
Sementara menurut Detik.com, Menurutnya, konteks
pembicaraan isu Papua dalam pertemuan adalah kerjasama bidang pertahanan.
Presiden SBY menjelaskan, faktor yang lebih ditonjolkan pemerintah adalah
peningkatan kesejahteraan. "Ada
kebijakan khusus untuk Papua yang menekankan kesejahteraan, bukan pendekatan
keamanan," jelas Faiz. Yang patut dipertanyakan oleh orang Papua khususnya
ialah,
"Mengapa masalah Papua justru dan selalu
dibahas dan dikomunikasikan dengan pihak negara asing?" atau dengan kata
lain, "Mengapa isu-isu dari provinsi dan pulau lain di dalam NKRI tidak
pernah disinggung ketika bertemu dengan pemerintah atau negara lain, kecuali
hanya menyoal Papua?" Itu artinya ada sesuatu yang dianggap perlu
disinggung.
Yang lebih penting lagi untuk diingat oleh orang
Papua ialah sebuah fakta sejarah bahwa Tanah Papua ialah korban kong-kalingkong
Amerika Serikat dengan NKRI. Tanah dan bangsa Papua dikorbankan demi
kepentingan kedua belah pihak. Terutama sekali Amerika Serikat berkepentingan
mengeruk sumberdaya alam yang ada di Bumi Cenderawasih. Sementara NKRI
berkepentingan mengembangkan politik Pan Indonesia Raya mencakup wilayah
suku-bangsa Melanesia dan Melayu (Malaysia,
Singaore, Brunai Darussalam, Papua New Guinea, Vanuatu,
sampai ke Fiji).
Proyek Pan Indonesia mentok sampai batas-batas seperti yang ada sekarang.
Sebagian pulau Borneo dan Singapore
sudah merdeka sendiri, di bagian timur hanya sampai di New Guinea bagian
Barat. NKRI harus pasrah kepada fakta sejarah. Sekarang NKRI menganggap dirinya
sudah harga mati. Paupa Merdeka merupakan sebuah kecelakaan yang akan
menghancurkan bingkai buatan mereka bernama "N-K-R-I". Tetapi orang
Papua perlu menjawab sekarang, "Apakah Anda sanggup membuat dan memajang
bingkai sendiri di luar bingkai NKRI, ataukah yang sanggup Anda buat hanya
sebatas mengecat dan memposisikan bingkai NKRI itu agar lebih berwarna sesuai
selera Anda?" Semuanya berpulang kepada Anda. Semuanya tidak tergantung
kepada NKRI atau Amerika Serikat. Karena pembukaan UUD 1945 mengatakan,
"Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
peri kemanusiaan..." Memang Indonesia harus dipaksa tunduk
kepada kata-kata dan kalimat awal dari UUD-nya sendiri, sebelum memaksa bangsa
lain tunduk kepadanya. Begitu bukan?
http://papuapost.com/?campaign_review=politik-dukungan-luar-negeri-dan-perjuangan-papua-merdeka
[802] words.Posted in: Editorial & Column [39] ‡ Last modified @ October
24th, 2011. [ Views0 ]
Eni Faleomavaega TUHAN JESUS MEMBERKATI ANDA .
ReplyDeleteWest PAPUA tetap mendukung and dalam perjuangan anda untuk masyarakat Papua Barat. Saya orang Papua saat ini tidur dalam berdarahan ,dan tidak bisa perbuat apa-apa selain nasip saya dinegaeri ini .Negara Indonesia menganggap saya sebagai anak Babi ,setiap tahun saya kehilangan 1000 jiwa,dan bandingkan dari tahun sebelumnya. saya setiap hari menangis untuk memikirkan nasib PAPUA ini kapan berakhir? Suara saya hanya untuk teriak minta tolong kepada anda.
February 26, 2013 at 11:25 AM